Tuesday, April 12, 2011

Food Disaster

Gara-gara makanan, pelaksanaan seluruh ujian pra-UN jadi sorotan sampai ke Kadisdik.
Tiap tes pra-UN yang diselenggarakan oleh disdik kabupaten, melibatkan pengawas ujian yang adalah guru yang ditempatkan bukan sekolah. Try Out (TO) I, sistem pengawas ujian masih semi-silang. 1 orang pengawas dari sekolah asal, 1 orang dari sekolah luar. TO II sama. Setelah itu ada yang namanya Tes Daya Serap yang sistemnya sudah mengadopsi Ujian Nasional. Sistem pengawas silang penuh, paket soal terdiri atas 5 paket (A - E).
TDS dilaksanakan dua minggu menjelang UN, tepatnya tanggal 4 - 7 April 2011 (Senin - Kamis). Karena silang penuh, aku yang waktu TO I dan II mengawas di sekolah asal (SMA 8), pas TDS hijrah mengawas di SMA 5. Nah, karena keluar, alhasil aku ga tau apa saja yang terjadi di sekolahku. Tapi, dari pelaksanaan TO I dan II aku bisa membayangkan sistemnya tak akan terlalu berubah.
Baiklah, aku suka makan, aku juga tergolong ibu-ibu. Biasanya ibu-ibu suka membahas makanan. Jadilah aku suka membahas makanan (malah kadang membandingkan). Di sekolah lain, dari cerita kawan-kawan yang sejak TO I sudah mengawas di luar, snack dibagikan pagi, sebelum mata uji pertama (jam8) dimulai as breakfast. Nah, bis tu nasi kotak dibagi pas istirahat (sekitar jam 10) untuk mengisi perut pengawas yang harus melototin anak ujian dari jam 11 - 13.
Masalahnya, pas TO I di SMA 8 sistem makanannya beda. Snack dikasih jam 10 pas istirahat, nasi dikasih pas jam 1 (saat ujian selesai). Kalau mata ujinya cuman 1 (Selasa dan Kamis), nasinya ga ada. Karena sampai jam 10 aja kan. Pas TO II sistemnya diubah. Diubah jamnya aja. Selasa dan Kamis tetep ga dapat nasi. 
Masalah nasi yang ga dikasih pas Selasa dan Kamis ini jadi didengung-dengungkan pas TDS kemarin. Pengawas ujian yang datang dari SMA 1 beda dengan pengawas pas TO I dan II. Saat TDS, datanglah duo monyong dan nyinyir. Berbekal mulut itu ditambah pemikiran yang "nothing is good enough for me. You're wrong! I'm always right!" orang ini bertuit-tuit kesana kemari dan bilang: "Di SMA 8 kita ga dikasih makan!" Ayam kali, dikasih makan!
Akhirnya singkat kata, berita itu sampai ke kepala Dinas, bikin heboh sak kantor dinas yang tidak terlalu luas tapi kepenuhan manusia tolol itu. Ribut. Principal SMA 8 ditelpon, mengklarifikasi apakah ayam-ayam dari luar ini dikasih makan atau enggak.
Keputusan akhir, yang 2 hari ga makan itu diganti duit, dikasih ke masing-masing pengawas. Nilainya adalah Rp 17.500 per sekali makan. Jadi, untuk dua hari, 35.000. (kayaknya tanpa tax) Silakan ambil sendiri!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...