Friday, July 15, 2011

Curhat

Salah satu follower blog ini yang juga mantan murid (selamat ya Alfi, masuk Unmul), pas ketemu saya di sekolah nanya: "Bu, kok nggak ada postingan baru di blognya? Selama Juni ga ada posting, ini sudah Juli lho, Bu."
Saya bilang (klise lah), "Aduh ga sempet, Fi, nantilah ya." 
Itu alasan utama memang. Tapi, ada alasan lain yang lebih penting. Ini yang akan jadi curhatan saya di sini, yang juga akan menjadi intermezzo untuk ke cerita selanjutnya. 
Jadi, jujur, cerita-cerita di blog ini memang nyata, bukan fiksi. Nama tokohnya saya samarkan dengan susah payah. Seorang kawan dekat yang juga (syukurnya) follower blog ini (newlywed Tika Maya) pernah nanya, "Kamu nggak takut itu pakai identitas sekolah kamu?" Saya bilang, "Gapapa, ga ada yang baca ini. Lagian nama-namaya disamarkan."
Ternyata (syukurnya), followernya nambah aja, yg mampir juga nambah aja (thanks lagi ke Tika). Lama kelamaan  ada murid yang baca juga. Ketika mereka ketemu saya dan bahas postingan saya, rasanya seperti pakaian saya dilucuti satu per satu, lalu terlihat apa yang seharusnya tidak diperlihatkan. 
Masalahnya, cerita di sekolah tempat kerja saya, bukannya semakin membanggakan, malah semakin memalukan. Orang-orangnya sudah seperti musuh dalam selimut. Susah untuk percaya penuh dengan mereka. Saya baru nemuin satu orang yang ternyata memang bermuka dua. Ga nyangka. Pertarungan antarblok bikin kita ga nyaman. Kalau soal kerjaan semuanya cuek, tapi giliran mengomentari, semuanya berlomba komentar. Bangunan bermasalah, ada konflik dengan SD dan SMP. 
Saya kadang ragu, ini bisa saya ceritakan nggak ya? Ini berbahaya nggak ya, kalau saya tulis di blog? Begitu-begitu lah. Saya memang bukan tipe konfrontir seperti Heather. Saya lebih suka main aman. Menurut saya situasi di sekolah sekarang sedang genting. Orang-orangnya mulai darah tinggi, sensitif kayak pantat bayi, kehilangan kepercayaan. Anak-anak mulai gontok-gontokan juga. Perang dingin. Masa kegelapan lah. 
Jadi, selain sibuk dan banyak kerjaan, alasan saya vakum  ya, karena saya bingung bagaimana cara menuliskan cerita yang terjadi di sekolah dengan cara yang agak halus.Padahal yang halus itu kadang kurang sedap. Kalau sudah terbit keinginan menuliskan apa yang terjadi, saya tiba-tiba merasa ada yang menahan. Suara di otak saya bilang, "Cari cerita lain aja deh." 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...