Thursday, November 4, 2010

Ibu P

Ada seorang guru yang sudah sangat senior sekali dan saking seniornya sampai murid-muridku berpikir dia akan pensiun secepatnya. Don't hold your breath, kids! Ternyata beliau (di balik wajahnya yang terlihat lebih tua dari eyangku yang sudah hampir 80 tahun) belum tua secara umur. Masih 40 something. My goodness. Kecewalah anak-anak pas tahu kalau beliau baru akan pensiun belasan tahun lagi. Rasakan!!!
Well, what can I say about her? Hmm, a lot! Banyak sekali, sebanyak kata-katanya yang mengucur dari mulutnya yang nggak bisa diam. Pusing kalau ada dia (dan malangnya dia selalu ada--6 hari seminggu). Kita lagi kerja, dia ngajak ngomong. Kita lagi ngobrol, dia langsung nimbrung bahkan dari kejauhan, sambil tereak-tereak. Dan selalu bilang: "Kalau saya," "Kalau bapaknya," "Kalau anak-anak kelas..." Selalu nyamber.
Ada lagi. Beliau sudah lama merantau, tapi logat asalnya ga ilang-ilang. /n/ selalu jadi /ng/. Wah, kupikir-pikir ni orang kalau kuliah fonologi ga lulus-lulus kali ye. Sangat salah! Oleh sebab itu dari dulu dia selalu dijuluki Ibu /../ karena nasalnya itu. Walaupun sudah terbiasa, tapi kita masih sering ketawa dengernya.
Suatu hari dia tereak-tereak karena nyamber pembicaraan kita dan bilang, "Sudah saya telepong." Satu kolegaku yang suka usil bilang, "Telepon, Bu. Telepong itu tai sapi." Ibu itu diam aja.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...